Adapun puasa, maka Allah Subẖānahu wa Ta’ālā mengecualikannya, Dia berfirman,
“… kecuali puasa, sungguh itu untuk-Ku,
dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semua amalan memang untuk Allah ʿAzza wa Jalla,
namun pengecualian dan pengkhususan ini
maksudnya adalah pengagungan terhadap puasa, wahai saudara-saudara,
dan penjelasan tentang tingginya kedudukan dan kemuliaannya di sisi Allah ʿAzza wa Jalla.
Dia berfirman, “Puasa adalah untuk-Ku.”
Dia sandarkan puasa kepada diri-Nya, yang Mahasuci lagi Maha Terpuji.
Maka, ketika Anda sedang berpuasa,
hendaknya Anda menyadari bahwa Anda mengamalkan ibadah yang khusus untuk Allah ʿAzza wa Jalla.
Beginilah keikhlasan beramal kepada Allah ʿAzza wa Jalla terwujud,
karena orang yang berpuasa, walaupun ia sedang sendirian di suatu tempat,
yang tidak ada yang melihatnya kecuali Allah ʿAzza wa Jalla,
meskipun demikian—segala puji bagi Allah—hawa nafsunya tidak mendorongnya
untuk membatalkan puasanya.
Demikianlah, bagaimana puasa mengajarkan murāqabah pada diri seseorang,
yaitu merasa diawasi oleh Allah ʿAzza wa Jalla.
====
وَأَمَّا الصِّيَامُ فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اسْتَثْنَاهُ فَقَالَ
إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي
وَأَنَا أَجْزَِى بِهِ
بَقِيَّةُ الْأَعْمَالِ هِيَ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ
لَكِنَّ هَذَا الْاِسْتِثْنَاءَ وَهَذَا التَّخْصِيصَ
يُرَادُ بِهِ تَعْظِيمُ الصِّيَامِ يَا إِخْوَانُ
وَبَيَانُ عُلُوِّ مَكَانَتِهِ وَقَدْرِهِ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
قَالَ: الصِّيَامُ لِي
أَضَافَهُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ
فَأَنْتَ وَأَنْتَ تَصُومُ
تَسْتَشْعِرُ أَنَّكَ تَعْمَلُ عَمَلًا هُوَ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَبِهَذَا يَتَجَسَّدُ الْإِخْلَاصُ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ
لِأَنَّ الصَّائِمَ يَكُونُ فِي مَكَانٍ وَحْدَهُ
لَا يَرَاهُ إِلَّا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
وَمَعَ ذَلِكَ لَا تُحَدِّثُهُ نَفْسُهُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
بِأَنْ يُبْطِلَ صِيَامَهُ
وَبِهَذَا كَانَ الصِّيَامُ يُرَبِّي فِي الْإِنْسَانِ الْمُرَاقَبَةَ
مُرَاقَبَةَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ